Wednesday, February 24, 2016

Ziarah Habib Ahmad bin Alwi Al-Haddad dan Pembacaan Manaqib Syaikh Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jaelani







Minggu (21/2/2016) sore Syaikh Mustafa Mas'ud bersama teman-teman melaksanakan ziarah di makam Habib Ahmad bin Alwi Al-Haddad yang bertempat di jalan Rawajati Timur II No. 70 RT. 03 RW. 08 Kelurahan Rawajati Kecamatan Pancoran, Kalibata, Jakarta Selatan
makam Habib Ahmad bin Alwi al Hadad (Habib Kuncung) ini ramai dikunjungi sejak beliau wafat. Tidak ada yang memungkiri kewalian dari Habib Ahmad bin Alwi al Hadad (Habib Kuncung) dan dari mulut ke mulut karamah dari Habib Kuncung ini tersebar. Peziarahpun datang dari berbagai daerah dan datang siang dan malam silih berganti. 

Salah satu cerita mengenai karamah dan kehebatan dari Habib Ahmad bin Alwi al Hadad (Habib Kuncung) hendak naik kereta tetapi oleh petugas kereta yang kala itu adalah orang Belanda, beliau dilarang naik. Alasannya adalah Habib Ahmad bin Alwi al Hadad (Habib Kuncung) tidak menggunakan pakaian yang bagus selayaknya orang yang yang naik kereta.

Ketika hendak diberangkatkan mesin kereta tidak mau dihidupkan. Petugas keretapun mengetahui perihal kehebatan Habib Ahmad bin Alwi al Hadad (Habib Kuncung), lalu tanpa melihat pakaian yang ia pakai, Habib Ahmad bin Alwi al Hadad (Habib Kuncung) dipersilahkan naik kereta dan mesin keretapun dapat dihidupkan.
Saat ziarah yang bermula pukul 16:00 WIB tersebut, dilaksanakan pula pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jaelani bersama teman-teman. Mengunjungi makam wali Allah Habib Ahmad Bin Alwi Al-Haddad (Habib Kuncung) kita akan disambut dengan sebuah mesjid agung yang memiliki pesona luar biasa yaitu Mesjid At Taubah (Masjid At Tawbah) Rawajati, Kalibata. Mesjid yang konon berdiri lebih tua daripada makam wali Allah Habib Ahmad Bin Alwi Al-Haddad (Habib Kuncung).
Syaikh Mustafa memberikan arahan untuk ikut mendoakan dan juga menyertakan orangtua dan keluarga untuk ikut mendapatkan keberkahan dari pembacaan Manaqib ini, semoga dengan kesertaan wali-wali ini dilunturkan segala dosa. 


Dalam Kitab Manaqib Shaikh Abdul Qodir Jaelani dijelaskan Nasab keturunan sang Sultan Aulia yaitu

NASAB DARI AYAH
Sayyid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani ayahnya bernama : Abu Sholeh Janki Dausat, putra Abdullah, putra Yahya az-Zahid, putra Muhammad, putra Daud, putra Musa at-Tsani, putra Musa al-Jun, putra Abdulloh al-Mahdi, putra Hasan al-Mutsanna, cucu Nabi Muhammad saw. putra Sayyidina 'Ali Karromallohu Wajhahu.
NASAB DARI IBU
Sayyid Abdul Qodir Jaelani ibunya bernama : Ummul Khoer Ummatul Jabbar Fathimah putra Sayyid Muhammad putra Abdulloh asSumi'i, putra Abi Jamaluddin as-Sayyid Muhammad, putra al-Iman Sayid Mahmud bin Thohir, putra al-Imam Abi Atho, putra sayid Abdulloh al-Imam Sayid Kamaludin Isa, putra Imam Abi Alaudin Muhammad al-Jawad, putra Ali Rido Imam Abi Musa al-Qodim, putra Ja'far Shodiq, putra Imam Muhammad al-Baqir, putra Imam Zaenal Abidin, putra Abi Abdillah al-Husain, putra Ali bin Abi Tholib Karromallohu wajhah.
Dengan demikian, Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah Hasani dan sekaligus Husaini.
Usai ziarah Syaikh Mustafa bersama Ummi melanjutkan perjalanan berikutnya, dan teman-teman menikmati bersama hidangan berupa ayam panggang, buah-buahan dan susu.

Tuesday, February 16, 2016

Rangkaian Ziarah Syaikh Mustafa Mas'ud di Singapura

Pada Tanggal 12-19 Februari 2016 lalu, Syaikh Mustafa melakukan serangkaian perjalanan ziarah sekaligus mengunjungi murid-murid Zawiyah Batam dan Padang.

Berikut catatan perjalanan yang dikirim oleh  koresponden yang Kami terima melalui pesan via WhatsApp (di terima oleh redaktur www.kampungsholawat.org  ).


Kurang lebih pukul 19.00 waktu Singapura, Syaikh Mustafa tiba di bandara Changi, kedatangan beliau disambut oleh Bang Hendra kemudian lanjut ke rumah salah satu jama'ah yang berlokasi di Chai Chee Road.

Keesokan harinya (13 Februari 2016), pukul 10.00 pagi waktu setempat, Syaikh Mustafa beserta rombongan memulai rangkaian kegiatan Ziarah Singapura 2016.

Ziarah yang pertama adalah menuju makam Cik Ismail di kawasan Muslim Cemetery, almarhum adalah jamaah yang mendedikasikan hidupnya untuk melayani kawan-kawan Naqshabandi. Rumah beliau terbuka untuk siapapun yang datang, dan Cik Ismail  dideskripsikan sebagai sosok yang sangat tawadhu (rendah hati).



Perjalanan ziarah berikutnya adalah ke makam Syaikh Zakariya Bagharib, beliau adalah murid Mawlana Syaikh Nazim di Singapura. Syaikh Zakariya merupakan sahabat Syaikh Mustafa dan bersama Syaikh Mustafa saat suluk dahulu di Cikreteg. 
.



Tepat sebelum waktu dzuhur Syaikh Mustafa dan rombongan tiba di area makam Habib Noh.


Syaikh Mustafa menyempatkan shalat dan rehat sejenak sebelum berziarah ke makam Habib Noh di tempat sementara Masjid Haji Muhammad Saleh yang tengah direnovasi. 


Subhanallah, Ummi Rahma (istri Syaikh Mustafa), walaupun dalam keadaan cedera karena musibah kecelakaan, dengan penuh semangat dan gembira menaiki tangga menuju makam Habib Noh.


Sambil menunggu pintu makam Habib Noh dibuka, Syaikh Mustafa dan rombongan memanfaatkan waktu untuk beristirahat sejenak.


Kemudian saat pintu makam telah dibuka, tanpa menunggu lama lagi segera Syaikh Mustafa dan rombongan memasuki area makam Habib Noh untuk segera memulai berziarah.


Segera setelah berada di makam Habib Noh, Syaikh Mustafa memimpin rombongan untuk melakukan ziarah dan do'a.

Perjalanan berlanjut ke Baitul Ahbab di daerah Eunos, yakni tempat menyimpan benda-benda peninggalan Rasulullah SAW, para Awliya dan para Wali Naqsyabandi, 

Tersimpan dengan rapi benda-benda seperti kacamata Syaikh Abdullah Faiz Ad Daghestani Qs (Guru Mawlana Syaikh Nazim Qs) dan kacamata Syaikh Syarafuddin Ad Daghestani Qs. Terdapat juga beberapa koleksi Al-Qur'an yang ditulis tangan, ada pula kain penutup makam Rasulullah SAW, ada pula Kiswah (kain penutup Ka'bah), kain Turban Mawlana Jalaludin Rumi Qs, ada juga bendera dan pedang. 

Syaikh Mustafa berkesempatan menziarahi rambut Rasulullah SAW dan kemudian ziarah rambut Mawlana Jalaludin Rumi Qs.








Kemudian rombongan berkesempatan berfoto bersama dengan bapak Firdaus terlebih dahulu di Baitul Ahbab usai menyelesaikan ziarah.


Selanjutnya Syaikh Mustafa melanjutkan perjalanan beliau ke pelabuhan bersama rombongan untuk kemudian menyeberang ke Batam.

Demikian rangkaian kegiatan ziarah Syaikh Mustafa beserta rombongan di Singapura 13 Februari 2016 yang lalu.
Wassalam...

Note: 
Terima kasih yang tak terhingga Kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berbaik hati membagikan bahan-bahan hingga bisa terbitnya postingan ini, harapan Kami semoga bermanfaat dan maslahat. Aaamiiin...

Thursday, February 11, 2016

Syaikh Bahaudin Naqsyabandi Qs (Sebuah Napak Tilas Spiritualitas Tarekat Naqsyabandi)

Khwaja Shah Bahauddin Naqsyabandi

Kilas balik Pendiri Riwayat Singkat Hidup  Pendiri Tarekat Naqsyabandi,Sebagai Upaya merajut cinta......

Sejak kecil sudah menunjukkan dirinya sebagai orang yang cerdas dan berilmu tinggi.

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad Al-Husayni Al-Uwaysi Al-Bukhari. Ia lahir di Qasrel Arifan, sebuah desa di kawasan Bukhara, Asia Tengah, pada bulan Muharram tahun 717 H/1317 M. Nasabnya bersambung kepada Rasulullah SAW melalui Sayyidina Al-Husain RA.

Semua keturunan Al-Husain di Asia Tengah dan anak benua India lazim diberi gelar shah, sedangkan keturunan Al-Hasan biasa dikenal dengan gelar zadah dari kata bahasa Arab saadah (bentuk plural dari kata sayyid) sesuai dengan sabda Rasulullah SAW tentang Al-Hasan RA, ''Sesungguhnya anakku ini adalah seorang sayyid.''

Shah Naqshaband diberi gelar Bahauddin karena berhasil menonjolkan sikap beragama yang lurus, tetapi tidak kering. Kemudian, sikap beragama yang benar, tetapi penuh penghayatan yang indah.

Pada masanya, tradisi keagamaan Islam di Asia Tengah berada di bawah bimbingan para guru besar sufi yang dikenal sebagai khwajakan (bentuk plural dari 'khwaja' atau 'khoja' dalam bahasa Persia berarti para kiai agung). Dan, pembesar mereka adalah Khoja Baba Sammasi yang ketika Muhammad Bahauddin lahir, ia melihat cahaya menyemburat dari arah Qasrel Arifan, yaitu saat Sammasi mengunjungi desa sebelah.

Sammasi lalu memberitahukan bahwa dari desa itu akan muncul seorang wali agung. Sekitar 18 tahun kemudian, Khoja Baba Sammasi memanggil kakek Bahauddin agar membawanya ke hadapan dirinya dan langsung dibaiat. Ia lalu mengangkat Bahauddin sebagai putranya.

Sebelum meninggal dunia, Baba Sammasi memberi wasiat kepada penggantinya, Sayyid Amir Kulali, agar mendidik Bahauddin meniti suluk sufi sampai ke puncaknya seraya menegaskan, "Semua ilmu dan pencerahan spiritual yang telah kuberikan menjadi tidak halal bagimu kalau kamu lalai melaksanakan wasiat ini!"

Meniti jalan spiritualBahauddin pun berangkat ke kediaman Sayyid Amir Kulali di Nasaf dengan membawa bekal dasar yang telah diberikan oleh Baba Sammasi. Sammasi menyatakan jalan tasawuf dimulai dengan menjaga kesopanan tindak-tanduk dan perasaan hati agar tidak lancang kepada Allah, Rasulullah, dan guru.

Bahauddin juga percaya bahwa sebuah jalan spiritual hanya bisa mengantarkan tujuan kalau dilalui dengan sikap rendah hati dan penuh konsistensi. Karena itu, melakukan makna eksplisit dari sebuah perintah barangkali harus diundurkan demi menjaga kesantunan.

Inilah yang dilakukan oleh Bahauddin ketika dihentikan oleh seorang lelaki berkuda yang memerintahkan dirinya agar berguru pada orang tersebut. Dengan tegas, tetapi sopan; ia menolak seraya menyatakan bahwa dia tahu siapa lelaki itu. Masalah berguru kepada seorang tokoh adalah persoalan jodoh; meskipun lelaki berkuda tadi sangat mumpuni, ia tidak berjodoh dengan Bahauddin.

Setelah tiba di hadapan Sayyid Amir Kulali, Bahauddin langsung ditanya mengapa menolak perintah lelaki berkuda yang sebenarnya adalah Nabi Khidir AS? Beliau menjawab, "Karena, hamba diperintahkan untuk berguru kepada Anda semata!"

Di bawah asuhan Amir Kulali, Bahauddin mengalami berbagai peristiwa yang mencengangkan. Di antaranya, beliau pernah ditangkap oleh dua orang tak dikenal dan dikirimkan ke makam seorang wali. Di sana, dia mendapatkan lentera yang minyaknya masih banyak dan sumbunya juga masih panjang, tetapi apinya hampir padam.

Bahauddin mendapat ilham untuk menggerakkan sedikit sumbu itu agar aliran bahan bakar menjadi lancar. Dengan khusyuk, ia melakukannya, tahu-tahu sekat pembatas antara dunia nyata dan alam barzakh terbuka di hadapan beliau. Di balik tabir ruang dan waktu itu, Bahauddin mendapatkan semua mahaguru khawajakan yang sudah meninggal dunia, termasuk guru pertamanya, Khoja Baba Sammasi.

Oleh salah seorang guru mereka, Bahauddin dihadapkan kepada kepala aliran khawajakan, yaitu Khoja Abdul Khaliq Gujdawani. Dari mahaguru yang agung ini, Bahauddin mendapatkan bimbingan langsung dalam meniti suluk sufi. Sejak saat itu, Bahauddin dikenal dengan gelar Al-Uwaysi karena mendapatkan pelajaran spiritual langsung dari seorang guru yang sudah meninggal dan tidak pernah ditemuinya di dunia. Hal ini sama dengan Uways Al-Qarny, seorang tabiin yang mendapatkan pelajaran spiritual langsung dari roh Sayyidina Rasulillah SAW.

Di bawah bimbingan Amir Kulali pula, Bahauddin terus mempraktikkan semua ajaran Abdul Khaliq Gujdawani, sebagaimana beliau juga mempelajari dengan tekun ilmu-ilmu Islam lainnya, khususnya akidah, fikih, hadis, dan sirah Nabi SAW.

Dan, karena wasiat dari Baba Sammasi, tidak heran kalau Amir Kulali memberikan perhatian khusus kepada Bahauddin. Setelah semua ilmu dan pencerahan spiritual yang ada pada gurunya diserap habis, Sayyid Amir Kulali memerintahkan Bahauddin untuk mengembara seraya menunjuk ke puting dadanya dan berkata, "Semua yang ada di sumber ini sudah habis kamu sedot, maka mengembaralah!"

Bahauddin kemudian belajar kepada beberapa mahaguru lain, seperti Khoja Arif Dikkarani dan Hakim Ata, hingga beliau menjadi mahaguru sufi terbesar yang pernah muncul dari kawasan Asia Tengah (sekarang adalah negara-negara persemakmuran bekas USSR), Persia, Turki, dan Eropa Timur. Beliau meninggal pada malam Senin, 3 Rabiul Awwal 791 H/1391 M.

Karena di dadanya terukir Lafdzul Jalalah (Allah) yang bercahaya, ia dikenal juga sebagai "Naqshaband" (bahasa Persia yang berarti: gambar yang berbuhul). Dan, kepada beliau, dinisbahkan Tarekat Naqshabandiyah yang merupakan salah satu tarekat terbesar di dunia. Tarekat ini tersebar luas di Turki, Hejaz, kawasan Persia, Asia Tengah, serta anak benua India dan Indonesia.

Adanya Tarekat Naqshabandiyah ternyata mampu mempertahankan identitas keislaman di Asia Tengah dan Eropa Timur, di tengah prahara komunisme yang menerpa selama lebih dari setengah abad. Para pemimpin kebangkitan Islam di Turki, seperti Erbakan dan Erdogan, juga berafiliasi kepada tarekat ini. Bahkan, akhir-akhir ini, Tarekat Naqshabandiyah memainkan peranan sangat penting dalam penyebaran Islam di Eropa dan Amerika.

Sementara itu, di Indonesia, ada beberapa cabang Tarekat Naqshabandiyah, seperti Khalidiyah, Mujaddidiyah, dan Muzhariyah. Yang terbesar adalah Tarekat Qadiriyah-Naqshabandiyah yang--sesuai namanya--merupakan hasil simbiosis dua tarekat terbesar di dunia. 


Mengembalikan Esensi Tasawuf

Shah Naqshaband muncul untuk merevitalisasi perilaku beragama dengan mengajak kembali kepada tradisi yang hidup pada zaman Nabi SAW. Bagi Shah Naqshaband, hakikat sebuah tarekat adalah penerapan ajaran syariat dalam wujud yang paling sempurna dan konsisten. Sementara itu, hakikat adalah terealisasikannya "maqam kehambaan" seorang anak manusia di hadapan Allah semata.

Shah Naqshaband menyatakan bahwa tasawuf adalah inti agama dan inti terdalam dari tasawuf itu sendiri adalah muraqabah, musyahadah, dan muhasabah. Muraqabah adalah melupakan segala sesuatu yang selain Allah dengan hanya memfokuskan hati dan perbuatan hanya kepada-Nya.

Musyahadah adalah menyaksikan keagungan dan keindahan Allah dalam seluruh eksistensi. Sementara itu, muhasabah adalah instropeksi diri yang terus-menerus agar tidak lalai dari jalan yang mulia ini. Dengan ketiga inti tasawuf itu, hati seorang saleh terus hidup dan dihidupkan oleh zikir dan kebersamaan bersama Allah dalam setiap detak jantung dan embusan napasnya sampai dia tertidur sekalipun!

Agar mencapai maqam tersebut, seorang saleh harus menjalani pelatihan di bawah bimbingan seorang mahaguru spiritual. Dialah yang akan mengajarkannya prosesi berzikir dalam hati sesuai dengan firman Allah, "Dan, sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan penuh kesungguhan dan rasa takut (akan tidak diterima amal perbuatanmu), tanpa mengangkat suara pada siang dan sore hari dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah" (QS Al-A`raaf: 205).

Zikir dalam hati dipilih karena silsilah utama tarekat ini bersambung melalui Abu Bakar Ash-Shiddiq. Metode zikir ini diajari oleh Rasulullah dan berbeda dengan tarekat lain yang semuanya bersambung melalui Ali bin Abi Thalib yang diajari berzikir dengan menggunakan suara jelas. Zikir dalam hati adalah ibadah yang terbesar (sesuai dengan bunyi tekstual QS Al-`Ankabuut: 45) dan bisa dilaksanakan dalam keadaan apa pun.

Zikir dalam hati yang dilakukan oleh seorang Naqsyabandi menggunakan Lafdzul Jalalah (Allah) dan Laa Ilaaha illalLaah yang dilafalkan dengan cara tertentu sebagaimana diajarkan langsung oleh seorang mahaguru sufi (syekh). Dengan prosesi zikir ini, seorang Naqshabandi meniti tangga-tangga makrifat.

Shah Naqshaband pernah menyatakan bahwa shalat adalah titian spiritual yang paling efektif bagi seorang saleh asalkan shalatnya khusyuk. Untuk mewujudkannya, seorang saleh diharuskan mengonsumsi makanan yang halal baginya dan tidak pernah lalai mengingat atau "bersama" dengan Allah dalam kesehariannya, lebih khusus lagi saat berwudhu serta bertakbiratul ihram.

Di sisi lain, bertasawuf bagi Shah Naqshaband adalah sebuah perilaku sosial yang positif. Bukan sekadar berbudi pekerti yang luhur, melainkan juga berbuat kebajikan kepada sesama makhluk Allah. Seorang saleh tidak boleh merasa dirinya lebih mulia dari seekor anjing sekalipun. Dia juga selalu siap mengulurkan tangan kepada siapa pun yang membutuhkan bantuan. Bahkan, bantuan tersebut bukan sekadar diberikan dalam bentuk material semata, tetapi juga rohaniah dan spiritual.

Selain itu, bertasawuf juga berarti menghormati waktu. Shah Naqshaband pernah menegaskannya dalam bahasa Persia, "Orang yang berakal pasti tidak suka berkawan dengan seorang yang suka menunda-nunda pekerjaan jika mampu dilakukannya hari ini." Waktu harus digunakan untuk ibadah dalam pengertiannya yang paling komprehensif: berbuat kebajikan, baik yang ritual maupun yang sosial. Dan, tidak boleh ada waktu yang berlalu sedetik pun tanpa yakin bahwa kita selalu "mengingat" dan "bersama" Allah.

Dengan demikian, bertasawuf bagi Shah Naqshaband adalah mewujudkan ketundukan penuh kepada Nabi Muhammad SAW secara paripurna: menjalankan perintahnya, menghindari larangannya, meneladani perbuatannya, dan menghayati spiritualitasnya, sesuai dengan ajaran Islam menurut mazhab ahlussunnah wal jamaah.

Tidak heran kalau banyak ulama yang mengakui bahwa Tarekat Naqshabandiyah adalah saripati semua tarekat sufi. Dan, barang siapa yang suluknya tidak sesuai dengan ajaran Shah Naqshaband di atas berarti sudah keluar dari jalur yang benar meskipun mengaku sebagai pengikut beliau. Shah Naqshaband pernah menegaskan, "Tasawuf adalah syariat. Dan, barang siapa yang mengaku sebagai pengikut tasawuf, tetapi tidak menerapkan syariat, berarti dia telah tersesat!" aunul abied shah/taq.

Mukjizat 7 Butir Kurma dan Susu ,Kebiasaan Makan Nabi (saw)

Gambar Diambil Dari https://percikanhikmah.wordpress.com

Tulisan Berharga ini di ambil dari Blog https://percikanhikmah.wordpress.com

Lihatlah pada mukjizatnya. Di pagi hari, beliau akan memakan tujuh butir kurma dan secangkir susu setiap hari. Beliau tidak pernah berhenti melakukannya dan para Sahabat bertanya mengenai hal ini, dan beliau berkata, “Campuran antara kurma dan susu ini menghasilkan kekuatan bagi otak untuk berpikir dengan jernih dan ia menghilangkan racun dari tubuh.” Jadi para Sahabat pun biasa memakan tujuh butir kurma dengan susu.

Baru-baru ini, sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu, para ilmuwan berusaha untuk meneliti mengapa Nabi (saw) mengatakan hal itu, sehingga mereka mengambil tujuh butir kurma dan secangkir susu dan meletakkannya di perut buatan dengan segala enzim dan asam yang berada di dalam perut dan campuran itu mulai bekerja. Tiba-tiba seberkas cahaya biru keluar dari bagian tengah perut menuju ke otak dan ini dapat mereka lihat.

Jadi mereka melihat bahwa campuran itu membawa seberkas cahaya biru ke otak dan mendapati bahwa cahaya itu meningkatkan kepandaian otak dan mereka juga mendapati bahwa sisa campuran itu akan masuk ke daerah antara kulit dan otot di mana racun biasanya keluar dari liver menuju ke daerah itu dan campuran itu membunuh racun tersebut!

Ini berasal dari 1400 tahun yang lalu, Nabi (saw) tahu apa yang tidak diketahui oleh para ilmuwan sampai 1400 tahun kemudian. Ini adalah salah satu mukjizat ilmiah Nabi (saw). Apa yang dapat kita katakan mengenai hal ini? Siapa yang mampu melakukan hal itu? Tidak ada.

Shaykh Hisham Kabbani



The Prophet’s (s) miracle of 7 dates and milk.
Look at his miracles. In the early morning he would eat seven dates and one cup of milk every day. He never stopped that and the Sahaabah asked about this, and he said, “This mixture of dates and milk produces power to the brain to think well and it takes the poison from the body.” So the Sahaabah used to eat seven dates and milk.
Recently, about six or seven years ago, scientists tried to see why the Prophet (s) said that, so they took the seven dates and one cup of milk and put it in an artificial stomach with all the enzymes and acid that is in the stomach and it began to work. Suddenly a blue light was coming from the center of the stomach to the brain that they were able to see.
So they saw the mixture bringing a blue light to the brain and found that light is increasing intelligence in the brain and found that the rest of mixture was going between the skin and muscles, where the poison usually goes from the liver and lives in between the skin and muscles, and that it was killing the poison!
That is 1400 years ago; the Prophet (s) knew what scientists did not know until 1400 years later. This is one of the Prophet’s (s) scientific miracles. What can we say about this? Who was able to do that? No one.
Shaykh Hisham Kabbani

Nasihat Syaikh Mustafa Untuk Kaum Muda NU Syaikh

Syaikh Mustafa Pada Event Seminar Pra Muktamar NU di Makasar


Syaikh Mustafa Mas'ud , menasihati kaum muda NU untuk instrospeksi diri dan merenungi kondisi serta peran perjuangan jam'iyyah Nahdlatul Ulama terhadap bangsa Indonesia.
"Semoga NU akan menjadi suatu majelis yang bertumpu pada kesadaran, segala sesuatu karena rahmat Allah, supaya kami dapat merasakan betapa nikmatnya rahmat-Mu itu. Tercapai sudah perjuangan bangsa Indonesia untuk memulihkan kembali kemerdekaannya. Ini berkat rahmat Allah yang Mahakuasa," tuturnya saat memimpin Istighotsah penutupan Musyawarah Kaum Muda NU, Senin (3/8) sore, di halaman Universitas Wahab Chasbullah, Jombang.

Syeikh Mustafa mencontohkan tentang sosok tokoh NU yang juga menteri agama KH Abdul Wahid Hasyim. Kiai Wahid, dahulu pukul 10 pagi masuk kantor dengan melantunkan surat al-Baqarah, kemudian ashar pulang sudah sampai surat an-Nas.

"Berarti (Abdul Wahid Hasyim) satu hari khatam sekali al-Qur'an. Ini akhlaknya NU. NU kok shalatnya telat, NU kok ngrasani (menggunjing) orang," singgung Mursyid Tarekat Naqshbandi Nazhimiyah itu di hadapan ratusan kamu muda NU yang tergabung dari GP Ansor, Fatayat NU, PMII, IPNU, IPPNU, JNM, PPM Aswaja, HIPSI, dan lain-lain.

Dalam istighotsah tersebut, Syeikh Mustafa Mas'ud membacakan dzikir yang mengandung asmaul husna, shalawat Nabi, pujian kepada para wali, dan dzikir-dzikir lainnnya.

"Alhamdulillah petang ini kita bisa menjalani prosesi istighasah yaitu mengambil kesejukan dari Allah. Setiap orang mempunyai aura. Insyaallah lewat Istighotsah ini aura kalian semakin besar untuk mewarnai Nahdlatul Ulama sampai muktamar yang akan datang," doanya diamini serentak oleh hadirin.

Syeikh Mustafa mengimbau kepada kaum muda NU supaya tidak sembarang menyalahkan situasi dan kondisi Muktamar Ke-33 NU di Jombang kali ini. "Jangan mencela yang salah, kita tidak bisa menghakimi orang tua. Kita doakan, agar beliau-beliau diberi petunjuk Allah," harapnya. 

Musyawarah Kaum Muda NU yang berlangsung 2-3 Agustus 2015 di arena Muktamar Ke-33 NU ini merupakan forum perbincangan, silaturrahim, dan jumpa gagasan kaum muda NU dari berbagai profesi, komunitas, keahlian, konsentrasi keilmuan, serta gerakan di masyarakat. Sementara forum yang dimusyawarahkan mulai dari keislaman Aswaja, persoalan keumatan, hingga perpolitikan.

Sumber : http://www.nu.or.id/post/read/61380/syaikh-mustafa-mas039ud-nasihati-kaum-muda-nu

Wednesday, February 10, 2016

Bacaan Sholawat Sebagai Hadiah Ulang Tahun Mawlana Syaikh Mustafa




Pada 25 Januari 2016 ,Bertepatan dengan Milad / Hari kelahiran Guru Kami Tercinta Syaikh Mustafa Mas'ud ,sebagai bentuk kecintaan para murid berinisiatif untuk memberikan kado kepada Beliau ,Berupa Bacaan Sholawat yang di hadiahkan kepada Beliau,sebagai koordinator bacaan yang Sholawat yang di hadiahkan kepada Beliau adalah Bang Widi Rajaka,melalui grup Whats app para murid melaporkan jumlah bacaan Sholawat yang terkumpul,bermacam macam setoran sholawat ,ada yang dari perorangan maupun dari jamaah yang sengaja berkumpul demi memberikan hadiah bacaan Shalawat untuk Syaikh Mustafa Mas'ud Guru kami yang tanpa lelah membimbing kami dengan kasih sayang dan ketulusan yang luar biasa ,bahkan sering rasa capek dan badan yang kurang fit dan sehat tidak Beliau hiraukan demi cinta Beliau kepada kami para Murid. 




Bacaan Shalawat yang semula di Targetkan 1.000.000 Shalawat,telah terlampaui sehingga mencapai jumlah total hingga tanggal 23 januari atau bertepatan dengan acara Majelis Suluk Sabtu Pahing  ,sebanyak 5.711.226.



Ketika menerima hadiah foto tersebut  SM (Syaikh Mustafa) menyampaikan dgn suara lirih bahwa shalawat hadiah dr kawan kawan adalah hadiah yg luar biyasa dan beliau (SM)mempersembahkannya untuk Maulana Syaikh Hisyam Kabbani (MSH),beliau (Syaikh Mustafa) tidak merasa pantas mendapat kemuliaan seperti itu.dan insyaAlloh begitu juga MSH akan mmpersembahkan nya untuk MSN begitu pula MSN akan mempersembahkannya untuk  Mawlana Syaikh abd faiz ad daghestan .. Begitu terus sampai kepada Rosululloh SAW  sendiri. 
Yang patut dipuji adalah Alloh dan Rosululloh 

Pahingan Bulan Januari Di Zawiyah Jogja Istimewa

Acara Pahingan di bulan Januari 2016  mengambil tempat di kediaman Bapak Achmad Tohirin,demikian Rundown (susunan acara ) terlampir di bawah ini.

Rundown 

Majlis Suluk Sabtu pahing 

13-14 Rabi'ustany 1437 H / 23-24 januari 2016
Lokasi Rumah Bp.Achmad Tohirin - Komperta Purwomartani no P-12,Purwomartani,Kalasan Sleman.

Sabtu, 13 Rabi'ustany
==================
02:00 qiyamullail
04:30 jama'ah subuh (dzikir adab)
06:00 shalat israq
Coffee break
08:30 burdah, sohbet dan dluha berjamaah
12:00 jamaah dzuhur (dzikir adab)
coffee break
15:30 jamaah ashar (dzikir adab)
adab harian, dalail (nafsi2), diskusi dan ramah tamah
17:00 jamaah magrib (dzikir adab)
19:00 jamaah isya (dzikir adab)
20:00 maulid dan sohbet

Ahad, 14 Rabi'utsany
==================
02:00 qiyamullail
04:30 jama'ah subuh (dzikir adab)
06:00 shalat israq
*coffee break
*ziarah


Momen yang sempat di abadikan terlihat dari gambar gambar berikut ini :


Jama'ah Pasuruan Sedang Ngobrol Santai di Ruang Tengah Kediaman Bapak Tohirin


Jamaah yang lebih dulu tiba


Beberapa jamaah yang lebih dulu tiba seperti Gus Atiq HM dari Zawiyah Pekalongan,Mas Ary Fattah dari semarang,Mas Fariz dari Bumiayu.

Pembacaan Mawlidun Nabi Muhammad SAW Bakda Isya'

Acara Pembacaan Mawlid Nabi Bakda Isya' merupakan bagian dari acara sabtu pahing itu sendiri ,Kolaborasi antara Grup Sholawat pimpinan Pak Agus Santoso dari Pasuruan Dan Kyai Danang Jogjakarta berlangsung sangat harmonis dan apik,Alhamdulillah jamaah yang hadir sampai meluber ke ruang samping rumah Bapak Tohirin,karena warga sekitar juga sangat antusias menghadiri acara ini.










Jama'ah ibu ibu terlihat sangat bersemangat mengikuti acara 





Ziarah Ke Makam Habib Ahmad Dan Mbah Bergas Tempel 

Acara Majelis Suluk Sabtu Pahing selalu di akhiri dengan berziarah ke makam Auliya' ALLAH dalam rangka menjalin pertalian dengan para Wali Wali ALLAH.........


Mawlana Syaikh Mustafa Berziarah di makam Habib Ahmad Tempel


Ziarah Di Makam Mbah Bergas Tempel



Rendevous dan Keakraban Jama'ah Naqsyabandi Nazhimiyah 

Berfoto bersama Mawlana Syaikh Mustafa


Munsyidun Ustadz Rozi Pasuruan Sedang Menyenandungkan Qasidah Shalawat Nabi


Ustadz Rozi Dan Ustadz Bahrum Sitepu Batam Kembali Di pertemukan dan akhirnya mereka berkolaborasi


Ngejamz di Teras Kediaman Bapak Tohirin








Demikian Sekelumit Acara Pahingan Tanggal 23 Januari 2016 di Jogjakarta.

Sampai Berjumpa di Acara Majelis Suluk Sabtu Pahing Berikutnya...........




Monday, February 8, 2016

Mauidoh Hasanah Syaikh Mustafa di acara mawlidurrosul dalam rangka Harlah NU ke 89, 31 Januari 2015 di Masjid Agung Demak






Kalau membicarakan NU, tidak lepas dari Gus Dur, Wahid Hasyim dan Hadrotussyaikh Kyai Hasyim Asy'ari. Beliau beliau ini adalah orang orang mulia yang sukanya memuliakan orang lain. Suatu ketika Kyai Hasyim Asy'ari sedang melakukan perjalanan dari jawa bagian barat ke arah jawa timur, beliau singgah di Tegal dan mengunjungi koleganya yaitu Kyai Ubaidillah Pegiren (Kyai Ubed). Sebagaimana dua alim bertemu, beliau berdua sholat bersama, dzikir bersama, makan dan berdiskusi. Hingga tiba saatnya, Kyai Hasyim berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya."saya ucapkan banyak terimakasih yai,saya disini sudah cukup istirahat" kata Kyai Hasyim "saya juga berterimakasih,yai berkenan singgah di gubug saya" jawab Kyai Ubed. "oiya kyai, maaf ada yang hendak saya tanyakan. bagaimana hukum warisnya jika si fulan meninggal sedang dia punya anak a,b,c,d,e lalu si anak yg b ini meninggal sedanga waris belum dibagi. menurut imam nawawi begini, sedang ibnu hajar al asqolani begitu. mana yang lebih tepat untuk di terapkan? tanya Kyai Hasyim."nyuwun maaf yai, apakah pertanyaan tadi sudah diniatkan untuk ditanyakan kepada saya sejak dari Jombang?" jawab kyai ubed. "maaf,belum yai" ujar Kyai Hasyim. "monggo saya persilakan yai meneruskan perjalanan.dan meniatkan pertanyaan tadi sejak dari Jombang. In syaa Allah jawabannya maslahat yai" jawab Kyai Ubed lagi. "nggih,In syaa Allah yai" ujar Kyai Hasyim.
Demikian luarbiasa adab Kyai Hasyim Asy'ari ini. beliau seorang yg sudah dikenal luas memiliki derajat tinggi tetapi tidak meletakkan dirinya lebih tinggi dari orang lain-kyai lain. tidak membantah, tidak berargumen dengan Kyai Ubed, inilah sikap tawadlu yang mesti kita contoh.
Demikian yang dapat kami sampaikan,secuil petikan dari mauidoh hasanah yang mestinya lebih panjang dari tulisan diatas. afwan wa syukran. 

Sunday, February 7, 2016

Keberuntungan Memiliki Seorang Pembimbing

Nabi Musa as. meminta Tuhan menunjukkan salah satu wali-Nya. Tuhan memerintahkan Nabi Musa as. untuk pergi ke sebuah lembah.
Di tempat itu, Nabi Musa as. menemukan seseorang yang berpakaian compang-camping, kelaparan, dan dikerubungi lalat.
Nabi Musa as. bertanya, “Adakah sesuatu yang dapat aku lakukan untukmu?”
Orang itu menjawab, “Wahai utusan Tuhan, tolong bawakan aku segelas air.” Ketika Nabi Musa as. kembali dengan segelas air, orang itu telah meninggal dunia. Nabi Musa as. pergi lagi untuk mencari sehelai kain untuk membungkus mayatnya, agar ia dapat menguburkannya. Ketika ia kembali ke tempat itu, mayatnya telah habis dimakan singa. Nabi Musa as. merasa tertekan, ia berdoa, “Tuhan, Engkau menciptakan semua manusia dari tanah. Ada yang berbahagia tapi ada juga yang tersiksa dan hidup menderita. Aku tak dapat mengerti ini semua.” Suara Yang Agung menjawab, “Orang itu bergantung kepada-Ku untuk semua hal. Tapi kemudian ia bergantung padamu untuk satu minuman. Dia tak boleh lagi meminta bantuan kepada orang lain kalau ia telah rida dengan-Ku.”
Kisah Nabi Musa as. tersebut yang kemudian menghampiri ruang renungku setelah Syeikh Mus selesai menuturkan kisah Beliau berhaji. Tadi malam Beliau bercerita saat Beliau meminta pertolongan seorang Madura untuk membantunya menyentuh Hajar Aswad. Belum saja tercapai keinginan tersebut, Beliau terpisah dari orang Madura itu dan terseret arus thawaf mengelilingi Kabah. Pada putaran ketiga Beliau berhasil mendekati Hajar Aswad dan berpegangan kepada bingkainya. Namun dikarenakan derasnya arus manusia yang berthawaf mengelilingi Kabah, Beliau terjatuh dan nyaris terinjak-injak oleh lautan manusia di Tanah Haram tersebut. Lalu Syeikh Mus menuturkan, ditengah perjuangannya untuk survive dari terinjak-injak oleh lautan manusia tersebut, Beliau teringat kepada Syeikh Nazim. Lalu Beliau ber-madad kepada Syeikh Nazim, dan disaat itu pula datang pertolongan, seorang pemuda yang membantunya berdiri.
Permintaan tolong Syeikh Mus kepada orang Madura tersebut adalah bentuk optimalisasi ikhtiar seorang manusia terhadap apa yang menjadi tujuan dan pengharapannya. Dan Allah Yang Maha Pencemburu, seperti pada kisah Nabi Musa as. diatas, melarang seorang yang telah Ridha dengan-Nya dan Dia ridho dengan orang tersebut, untuk bergantung kepada selain Dia. Dan itu adalah bentuk kasih sayang Allah swt. kepada mahluknya sehingga sang mahluk bisa dekat dan mengenal Penciptanya. Dengan cemburunya, Allah menuntun hambanya tersebut untuk selalu ingat kembali kepadaNya.
Namun untuk dapat ingat kepada Allah, meminta pertolongan kepadaNya melalui kekasihNya, di moment yang krusial seperti pada saat pertaruhan hidup dan mati yang dialami oleh Syeikh Mus tersebut bukanlah perkara yang sepele. Saya pernah mengalami hal yang mirip dengan itu ketika saya "latihan" suluk di Caruban beberapa waktu yang lalu.
Saat itu adalah beberapa jam terakhir sebelum saya kembali ke Jakarta. Masih ada waktu beberapa jam sebelum keberangkatan, dan saya sudah selesai berbenah. Jadi saya mengambil kesempatan itu untuk beristirahat di dalam bilik suluk. Tak lama setelah saya berbaring, ada kejadian tak terduga yang saya alami. Tiba-tiba saya seperti melayang meninggalkan tubuh saya yang terbaring dalam bilik. Saya dapat merasakan bahwa saya semakin terangkat keatas namun tidak bisa bergerak. Yang ada dipikiran saya saat itu adalah, "Wah gue mati nih!". Tiba-tiba hanya panik yang saya rasakan. tidak ada doa yang saya ingat untuk saya baca, tidak ada kalimat-kalimat mulia yang saya ingat untuk saya lafadzkan, dan tidak ada seorangpun yang saya ingat untuk meminta pertolongan. Saya hanya panik sepanik-paniknya.
Ketika kemudian hal tersebut saya ceritakan kepada Syekh Mus, saya berkata, "Boro-boro ingat Allah, boro-boro ingat Rasulullah. Ingat kepada Syekh Mus pun, tidak. Maafkan saya Syekh." Saya cium tangan Beliau, lalu Beliau berkata, sambil mengelus-elus punggung saya, "Tidak apa-apa.. tidak apa-apa."
Saya adalah murid yang paling malas dan paling bodoh. Setelah 5 tahun dalam tarekat ini saya tersadar. Untuk dapat selalu sadar dan dekat, merasakan kebersamaan dengan Allah, Rasulullah dan Mawlana dibutuhkan lebih dari sekedar wirid-wirid yang dihapal atau qasidah-qasidah yang dilantunkan. Namun yang dibutuhkan adalah iman dan keyakinan yang murni, keyakinan yang sesungguhnya, haqq ul yaqin. Keyakinan yang benar-benar terpatri didalam qalbu, bahwa tiada satupun yang dapat memberi pertolongan selain Allah swt. Kesadaran untuk berserah diri, untuk menyerahkan seluruh keinginan dan pengharapan hanya kepada Allah semata.
Keyakinan yang sebenar-benarnya ini pula yang sangat ditekankan oleh Syeikh Mus tadi malam. Berulang kali disela-sela kisah yang Beliau tuturkan, Beliau pertegas agar kami mengasah keyakinan tersebut pada diri kami. Agar kami mengolah sedemikian rupa waktu-waktu dalam kehidupan kami untuk selalu membawa Rasulullah dalam setiap tindakan dan perkataan. Agar kami sadar bahwa diri ini sungguh tidak pantas dan tidak ada apa-apanya kecuali dengan bimbingan dan pertolongan Allah.
Lalu timbul haru biru saya menyadari betapa beruntungnya saya mempunyai Guru-Guru yang mulia seperti Syeikh Nazim, Syeikh Hisyam dan Syekh Mus. Yang selalu disetiap waktunya penuh kecintaan kepada murid-muridnya. Yang dengan cintanya tersebut selalu ringan untuk membantu murid-muridnya menuju jalan yang lebih proper.
Bahkan disalahsatu kisah yang Syekh Mus tuturkan tadi malam, Beliau selalu teringat kepada murid-muridnya, dan membawanya didalam Solat dan doa-doa Beliau di Tanah Haram. Beliau adukan murid-muridnya kepada Allah, "Muridku Ya Allah.. muridku Ya Allah" bersambung seirama dengan rintihan lirih Rasulullah menjelang wafatnya, "Umatku... umatku...".
Siapa yang tidak beruntung bisa mendapatkan cinta seperti itu? Masya Allah!
November 2007, genap 5 tahun yang lalu, pertama kalinya saya bertemu Syekh Mus di Hasbi. Ada sebuah perkataan Syekh Mus yang tidak pernah saya lupa. Beliau bertanya kepada saya, "Kalau ada gelas setengahnya berisi air kotor; lalu dituangkan minyak wangi kedalamnya; jadi apa?" "Jadi air kotor..", jawabku. Sambil mengiyakan Beliau melanjutkan, "Jadi air kotor tersebut harus dibuang dulu biar bisa diisi dengan minyak wangi."
Dan itu yang Beliau tidak pernah berhenti melakukannya, terus menerus hingga sekarang. Beliau selalu membuang air kotor tersebut dari dalam hati murid-muridnya untuk diisi dengan minyak wangi kecintaan kepada Allah dan Rasulullah saw.
Satu hal yang ingin saya ucapkan kepada Syekh Mus. Syekh, maafkan kami yang selama ini menjadikanmu layaknya seorang tukang sampah. Berulang kali kami datang kepadamu membawa borok-borok dan busuknya kotoran hati kami, namun berulang kali pula engkau membuang dan membersihkannya. Betapa kami telah merendahkanmu seperti itu, namun engkau selalu menjunjung tinggi kami dalam kehangatan kasih sayangmu. Semoga Allah selalu ridho kepadamu, Syeikh Mus.
Ditulis oleh sahabat Widi Rajaka..

Shalat Khusyuk Tak Harus Bayar Mahal

”SYEH Mustofa, saya pernah ngaji di pesantren. Tetapi setiap shalat belum bisa khusyuk, mengapa? Mungkin syeh punya petunjuk dan saran ?”. Pertanyaan itu disampaikan seorang penelepon bernama Bahruddin dalam dialog interaktif dengan Syeh Mustofa Mas'ud Haqqani di Radio Dais (Dakwah Islam), Masjid Agung Jawa Tengah.

Mursyid Thoriqoh Naqsabandy Haqqani Indonesia itu menjawabnya dengan santai. ”Shalat itu disebut khusyuk apabila sudah memindahkan pusat pikiran ke hati by heart. Mana ada shalat khusyuk bisa dibeli jutaan rupiah dengan kursus dan penataran?” katanya.  

Dialog di studio Radio Dais, lantai dasar Menara Al-Husna MAJT itu dipandu oleh reporter Karno dan Sekretaris Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah Agus Fathuddin Yusuf.

Jamaah thoriqoh Syeh Musthofa tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Eropa Barat, Amerika Utara, Asia Tenggara dan lain-lain. Pimpinan tertinggi thoriqoh ini ada di Syprus yaitu Syeh Nadzim Haqqani, sedang menantunya Syeh Maulana Hisyam di Amerika Serikat.

Syeh Mustofa sendiri tak banyak menjelaskan jati dirinya. Ia hanya mengatakan asli Jombang, Jatim dan pernah kuliah di London. Menurut Prof Dr HM Amin Syukur MA, saat kuliah di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Syeh Mustofa pernah menjadi Ketua Dewan Mahasiswa. Sambil kuliah di IAIN, ia juga nyambi kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). ”Kebanyakan yang kuliah di fakultas Adab, Bahasa Inggris dan Arabnya jago-jago,” kata Amin Syukur. 

Ketika ditanya, di mana menetap bertempat tinggal? Ia mengatakan tidak tentu. Kadang di Jakarta, kadang di Semarang, Sumatera, Kalimantan, dan kadang-kadang keliling dunia. Di Semarang biasanya tempat zawiyah (tempat berkumpulnya murid-murid thoriqoh) di rumah Rosyad Ma'shum Jalan Erlangga Tengah Gang VI nomor 2. ”Kalau kebetulan ke Jawa Tengah, biasanya Syeh singgah di tempat kami. Jadwal acaranya sangat padat,” tutur Hajjah Rosyad.
Shalat Khusyuk

Masih sekitar shalat khusyuk, menurut Syeh Mustofa, latihan yang bisa dilakukan supaya khusyuk dengan cara diam sejenak berkonsentrasi sebelum mengangkat tangan takbiratul ihram. ”Aja ujug-ujug takbiratul ihram Allahu Akbar,” katanya dengan logat Jawa Timuran yang medhok. 

Saat diam dan konsentrasi tersebut gunakan untuk menghitung-hitung segala kenikmatan yang diterima beberapa saat sebelum shalat. ”Bicaralah dengan hati,” tuturnya. 

Renungkan juga beban hidup, musibah, berbagai keruwetan masalah yang dihadapi sesaat sebelum shalat. Bila beban dan persoalan itu sangat berat, sampaikan dan pasrahkan semuanya kepada Allah. ”Kalau semuanya sudah, baru takbiratul ihram Allahu Akbar. Coba resep ini, kalau sungguh-sungguh Insya Allah berhasil. Intinya jangan kesusu takbiratul ihram” katanya sambil tersenyum.


Ia menyontohkan peristiwa saat Sayidina Ali terkena panah. Ia minta para sahabatnya untuk mencabut anak panah yang menancap di punggung saat Ali terlihat sudah dalam keadaan benar-benar khusyuk. Benar saja, ketika pengaruh otak dan ego sudah hilang dan berpindah ke hati, para sahabat buru-buru mencabut anak panah. Dan Sayidina Ali tidak merasa kesakitan sedikitpun.(SM)

Sumber : http://mediajib.blogspot.co.id/2013/10/shalat-khusyuk-tak-harus-bayar-mahal.html