Thursday, February 26, 2015

Bertemali Hati Dengan Rasulullah - Syaikh Mustafa Haqqani

Sohbet Syekh Mustafa Mas'ud from Soundcloud.com



Tuesday, February 24, 2015

Dialog Sufi 2 – Kisah Abu Bakar Digigit Ular

Nabi Muhammad berjalan. Sayidina Abu Bakar mengikuti. Ketika akan sampai, 8 km dari arah Masjidil Haram, baru Sayidina Abu Bakar sadar. "Ooo … Mau istirahat ke Gua Tsur, karena sudah mendekati Gunung Tsur. Ketika Rasulullah naik, Oooo…kesimpulan Sayidina Abu Bakar.” With no curiousity, tidak dengan rewel, tidak dengan mempertanyakan, memaklumi.
Pertama-tama, dalam Islam yang kita butuhkan bukan`ngerti' syariat, tapi cinta terhadap yang mengajarkannya dan Dzat Maha Suci yang menurunkannya. Tanpa kacamata tersebut, tanpa rasa cinta tersebut, kita tidak akan mengerti Islam. Islam hanya menjadi "The Matter of Transaction", tawar menawar. Itu tidak terjadi pada Abu Bakar. Begitu Rasulullah mau naik ke arah gua, di Jabal Tsur itu, maka kemudian Beliau (Abu Bakar) menarik kesimpulan, "Oooo … Rasulullah mau istirahat di Gua Tsur." Beliau (Abu Bakar) mengerti sebagai orang gurun, tidak akan pernah ada lubang bebatuan di gunung, pasti ada ular berbisanya.

Dialog Sufi 1 - Kisah Abu Bakar Digigit Ular

Moh Yasir Alimi, PhD, mantan pengurus PCI NU Cabang Istimewa Australia dan New Zealand (2005-2009) berdialog tentang jalan kesufian dengan Syaikh Mustafa Mas’ud al-Naqsabandi al-Haqqani. Sang syekh adalah khadim atau pelayan thariqat Naqsabandi Haqqani di Indonesia.
Syaikh Mustafa lahir di Jombang, 25 Januari 1947. Ia adalah ulama sufi Ahlusunnah Wal Jamaa’ah yang menempuh pendidikan di pesantren Darul ’Ulum Jombang, IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Setelah itu, Mustafa, yang kini membimbing 90 zawiyyah thariqat  Naqsabandiah Haqqani di Indonesia, melanjutkan studinya ke School of Oriental African Studies (SOAS) University of London, dan Studies Johann Wolfgang Goethe Universitat, Frankfurt Am Mainz, Jerman.

Apa Itu Murshid Naqshbandi ? - Empat Tingkatan Murshid

DECEMBER 19, 2001
Oleh Shaykh Muhammad Hisham Kabbani

Jika engkau sungguh mencintai Allah, ta’ati (patuhi)  aku dan Allah
akan mencintaimu. (Qur’an)  Para shaykh Naqshbandi adalah pembimbing kepada Sayedena Muhammad s.a.w. dan Allah S.W.T.. Apapun yang diberikan Nabi ambillah, dan apapun yang dilarangnya tinggalkanlah (hentikanlah). (Qur’an ) Mereka memelihara disiplin shari‘ah, untuk membangun (meningkatkan) kamu dengan kewajiban harian dan kepada tingkatan iman
dan berlanjut kepada tingkatan ihsan.