Monday, April 25, 2016

HAUL KE-2 SULTHON AWLIYA MAWLANA SYAIKH MUHAMMAD NAZIM ADIL HAQQANI AN NAQSHABANDI di KOTA KUDUS


Rangkaian Acara
Pada tanggal 14 april 2016 bertepatan dengan 7 Rajab 1437 adalah haul ke-2 Sulthon awliya Mawlana Syaikh Muhammad Nazim adil Haqqani an Naqshabandi.Beliau dilahirkan di Larnaka siprus 23 april 1922 (26 sya'ban 1340 H), dari jalur ibu beliau adalah keturunan dari Mawlana Jalaluddin Rumi, sedang dari jalur ayah beliau keturunan dari Syaikh Abdul Qadir Al Jilani.

Pada malam jumat yang penuh berkah kami dan jamaah dari berbagai daerah mengadakan Haul di kota Kudus tepatnya di jalan sunan muria 17 kediaman Drg.Zulfikar, bersama Al Mukarrom  Syaikh Mustafa Mas'ud.Jamaah berdatangan dari beberapa daerah, rombongan jamaah Jawa timur yang pertama datang di lokasi,disusul rombongan jamaah dari Jogja, Semarang, Pekalongan, Jakarta dan sudah tentu jamaah dari kota Kudus sendiri.Acara dimulai dengan sholat isya' berjamaah dilanjut yasin tahlil dan mawlid Nabi besar Muhammad SAW, semua jamaah larut dalam rangkaian Haul yang dipandu Syaikh Mustafa Mas'ud.

Mauidoh Hasanah
Dalam mauidoh hasanah Syaikh Mustafa mas'ud menyampaikan bahwa guru mursyid seperti Mawlana Syaikh Nazim selalu siap untuk murid muridnya dan siapapun yang membutuhkan,baik ketika beliau masih hidup seperti saat "menolong" ke 33 penambang di Chili yang terkubur hidup-hidup jauh didalam tanah.Dan menjadi lebih siap lagi saat beliau kini sudah di alam barzakh dimana fisik sudah tidak menjadi penghalang untuk menebar berkah keseluruh dunia. Begitulah karakteristik para mursyid di dalam rantai emas Naqashabandiyyah (Naqshabandi Golden Chains).
Syaikh Mustafa menceritakan pengalaman beliau ketika berziyarah kepada Mawlana Syaikh Syarafuddin ad daghestani mursyid ke-38 dalam rantai emas tarekat kita.Ketika itu beliau berada dalam hujan salju yang lebat hingga ketinggian salju dipermukaan tanah mencapai lutut orang dewasa.Dengan ditemani seorang mahasiswa indonesia yang bersekolah di damaskus, beliau bertekad menembus lebatnya hujan salju untuk mencapai makam Mawlana syaikh syarifuddin daghestani.Tiba di kaki bukit menuju makam, Syaikh Mustafa disapa oleh seorang wanita tua setempat yang membuka jendela rumahnya.
 
wanita tua : " hendak kemana anda di hujan salju yang lebat seperti ini?"
Syaikh Mustafa :" kami hendak keatas menuju makam untuk berziyarah".
wanita menimpali:"Mau mencari mati ya,dengan cuaca seperti ini menuju keatas"
Syaikh Mustafa tersenyum dan bergumam:" kami mencari hidup setelah mati."

wanita tua tersebut hanya geleng geleng kepala dan mengangkat bahu seakan mengatakan sudah kuperingatkan ya......
Syaikh Mustafa pun berjalan mengikuti jejak sepatu yang terlihat seperti barusan ada orang yang mengarah keatas bukit,namun sesampainya di atas bukit, beliau tidak menjumpai siapapun.setelah berada di dalam bangunan makam, beliau larut dalam zikir hingga waktu menjelang malam.Saat berusaha membuka pintu keluar makam ternyata tertutup oleh salju dari luar, pintupun tak bisa dibuka.Terbersit dalam pikiran beliau " duh beneran mati nih saya seperti kata wanita tua tadi".Karena dengan cuaca yang sedingin itu, berada didalam ruangan makam serasa seperti didalam lemari pendingin dimana tubuh kita tidak akan mampu bertahan lama.Kemudian beliau berdoa di dalam hati memohon pertolongan Alloh dengan perasaan khidmat kepada Syaikh Syarifuddin daghestan.
Tiba tiba dari luar terdengar seperti ada orang yang membersihkan salju didepan pintu dengan sekop, setelah suara sekop berhenti,Syaikh Mustafa mencoba membuka pintu dan berhasil, ditengok diluar sama sekali tidak ada orang atau bahkan bekas/ jejak sepatu pun tak ada.Dengan berucap syukur beliau kembali melanjutkan perjalanan ke kota untuk mengejar Flight.

Syaikh Mustafa melanjutkan cerita pengalaman yang lain ketika beliau berziyarah kepada Maulana Syaikh Abu Yazid Al Bustami mursyid ke-6 dalam mata rantai emas tarekat kita.Saat itu beliau memenuhi undangan atase kedubes Indonesia di Iran untuk mengisi pengajian di sana.setelah pengajian selesai, Beliau Syaikh Mustafa bersama Bapak Duta Besar Indonesia Untuk Iran melakukan perjalanan untuk berziyarah, salah satunya di makam Mawlana Syaikh Abu Yazid Al Bustami, saat di perjalanan beliau berkata " Pak, harap menjaga suasana hati. apa saja yang terbersit di fikiran bapak saat ini, sudah bisa terbaca oleh Syaikh Abu Yazid Al Bustami lho"
" baik pak " jawab Bapak Duta Besar.
Sesampainya di makam suasana masih lengang, beliau melihat pintu makam terbuka lalu Syaikh Mustafa dan rombongan masuk kedalam bangunan makam, dalam zikirnya sepintas Syaikh Mustafa melihat ada seorang warga setempat mengintip dari luar ruangan makam yang belakangan diketahui sebagai penjaga makam.Setelah selesai berzikir beliau disapa oleh si penjaga makam, dengan bantuan seorang penerjemah bahasa persia beliau bercakap sejenak, yang kesimpulannya si penjaga merasa tersanjung dengan kehadiran rombongan dan mengungkap bahwa sebenarnya tidak diperkenankan masuk kedalam ruangan makam, namun karena tidak ingin mengganggu ke kusyuk-an ziyarah  maka si penjaga membiarkan Syaikh Mustafa menyelesaikan zikirnya.Hal yang diluar dugaan pun terjadi alih alih pelarangan masuk keruangan makam  si penjaga malah menawarkan kepada Syaikh mustafa untuk melihat ruangan Khalwat Mawlana Syaikh Abu Yazid Al Bustami.Rupanya tidak sembarang orang ditunjukkan ruangan tersebut, terlihat dari lorong menuju tempat khalwat  yang penuh sarang laba laba.Syaikh mustafa menggambarkan ruangan khalwat tersebut kira-kira seluas tempat kami mengadakan acara Haul malam itu dengan mihrab didalamnya,terasa aura yang sangat menggugah hati, untuk menggambarkan bahwa ditempat itulah setiap elemen partikel menjadi saksi atas Mawlana Syaikh Abu yazid al bustami selama khalwatnya.Bapak Duta Besar pun duduk menangis di mihrab ruangan itu menumpahkan semua perasaan beliau.

Akhir Acara
Syaikh Mustafa menutup mauidoh nya dengan salah satu ungkapan beliau bahwa sejatinya kita mengenal Rosululloh, bisa dilihat dengan air mata yang mengalir dan perasaan haru ketika berlangsungnya Mawlid Nabi, itulah fitrah perasaan rindu kepada kekasih Allah yaitu  Rosululloh Muhammad SAW, sebagaimana bapak duta besar tersebut menangis di mihrab khalwat.
Sejenak sebelum acara berakhir, Gus Shofa yang seorang vokalis Ahbabul Musthofa / Murid dari Habib Syech bin Abdul qadir assegaf menyampaikan sepatah dua patah kata yang pada intinya, betapa Habibana sangat mengenal, menghormati dan mencintai Mawlana Syaikh Muhammad Nazim, Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam kabbani serta Syaikh Mustafa Mas'ud. dimana beliau Habibana memperuntukkan beberapa Qasidah untuk beliau beliau.Di setiap acara Mawlid dan Sholawat Habibana Syech bin Abdul qadir assegaf senantiasa bertawassul kepada Mawlana Syaikh Bahauddin an Naqshabandi, sebagai perwujudan hurmat takdzim beliau pada tarekat Naqshabandiyya.

Akhirul kalam wabillahitaufiq wal hidayah,Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
semoga kita selalu dituntun oleh Mawlana Syaikh Muhammad Nazim.



(foto edit peringatan Haul MSN di sebagian daerah di Indonesia)
(Suasana Haul di Kudus)

Resonansi Gus Shofa (vocal Ahbabul Musthofa / murid dari Habib Syech bin Abdulqadir Asegaf)





0 comments :

Post a Comment